Sumber Gambar : Humas YKAN |
Indonesia, sebagai produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, menghadapi tantangan serius terkait praktik budi daya yang berpotensi merusak lingkungan dan mengancam keberlangsungan habitat pesisir. Fokus pada budi daya rumput laut yang ramah lingkungan dan berkelanjutan menjadi sorotan utama dalam Thought Leaders Forum (TLF) yang diadakan oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Acara ini, bertema "Pengembangan Budi Daya Rumput Laut Berbasis Konservasi untuk Mendukung Ekologi dan Ekonomi Masyarakat," diselenggarakan di Jakarta pada Rabu, 28 Februari 2024.
Menyikapi tantangan tersebut, pembicara pada acara tersebut menyampaikan solusi yang mencakup peningkatan pengetahuan pembudi daya melalui bimbingan teknis, integrasi program budi daya rumput laut ke dalam rencana desa, pengembangan kebun bibit yang dikelola bersama, pembuatan sumber informasi yang mudah diakses bagi pembudi daya, dan kerja sama dengan lembaga keuangan untuk penyediaan akses modal.
Untuk mengatasi kendala budi daya rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), YKAN telah mengembangkan model budi daya rumput laut berkelanjutan di Desa Oelolot dan Desa Mbueain, Kabupaten Rote Ndao. Dalam dua desa ini, kelompok masyarakat didorong untuk menerapkan praktek terbaik (Best Management Practices) dari tahapan pengelolaan kebun bibit hingga pemasaran.
Langkah-langkah tersebut mencakup pemilihan bibit rumput laut unggul, lokasi budi daya yang ramah lingkungan, penjemuran rumput laut sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), dan pemasaran kepada pembeli yang peduli lingkungan. Selain itu, integrasi budi daya rumput laut ke dalam perencanaan pembangunan desa menjadi upaya untuk memastikan keberlanjutan kegiatan setelah program selesai.
Faktor kunci untuk keberhasilan pengelolaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan adalah kemitraan yang komprehensif dan terstruktur. Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto, menekankan, "Dalam menghadapi tantangan keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam, kita tidak bisa berjalan sendiri. Melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah, seperti YKAN, banyak aksi nyata dapat dilaksanakan dalam mentransformasi budi daya rumput laut di NTT. Harapan kami, dampak positif yang telah dicapai dapat menginspirasi lebih banyak pelaku industri rumput laut lain untuk ikut serta secara langsung dalam melestarikan alam dan menyejahterakan masyarakat."
Pendapat tersebut didukung oleh Direktur Eksekutif Tahija Foundation, Trihadi Saptoadi, yang menyatakan, "Sejak tahun 2017, Yayasan Tahija mendukung budi daya rumput laut yang ramah lingkungan, bertanggung jawab, dan berkelanjutan, serta menerapkan kearifan lokal dalam pemanfaat laut di NTT. Hal ini merupakan komitmen kami dalam menjaga kelestarian alam. Semoga dengan adanya diskusi ini, kolaborasi antarlembaga dapat diperkuat."
YKAN berkomitmen untuk terus memimpin inisiatif positif ini guna menciptakan budi daya rumput laut yang berkelanjutan, mendukung ekologi, dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat.
0 Comments